Masih patah (sebuah Narasi)



Jika ada wanita yang begitu mengelu-elukanmu itu aku. Sesakit apa pun luka yang telah kamu tinggalkan di hatiku. Kamu adalah laki-laki sempurna yang pernah kutemui dalam hidupku. Kamu punya komitmen tak seperti kebanyakan lelaki yang hanya mengumbar janji, berpikiran matang, tak pernah berbasa-basi dengan kata-kata manis. Kamu lelaki tangguh yang pernah memperjuangkanku. Padahal kamu tak tahu banyak tentangku, tentang kisah-kisah hidupku, tentang segala perihalku. 
Kamu adalah apa yang kucari selama ini. Kamu yang dengannya bisa kukatakan "kau orangnya" setelah pertemuan pertama dan terakhir tersebut. 
Aku tidak tahu, apakah akan ada lelaki yang lebih baik datang setelahmu? Yang mau berjuang, yang punya komitmen besar dalam sebuah hubungan. 
Maaf, untuk segenap egoku dan ego keluargaku. Maaf, tak pernah memikirkan bagaimana perasaanmu tapi justru melemparkan kesalahan terus menerus padamu. 
Maaf, untuk kisah kita yang kandas, yang mungkin sebenarnya semua salah berpusat padaku.
Maaf, jika telah memuntahkan semua amarah padamu, memarahimu seperti anak kecil. 
Maaf, jika baru sanggup mengucap ini sekarang. Meski pun hanya bisa kutulis disini, dan kamu takkan pernah membacanya. Setidaknya, suatu hari nanti, jika aku mati, aku tak menyesal karena tak menuliskan ini sama sekali. 

Kamu pernah berucap "yang baik pasti mendapatkan yang baik". Aku mungkin belum cukup baik untukmu. Aku masih perlu banyak belajar. 
Terima kasih, untuk segenap warna yang kamu hadirkan dalam hidupku. 
Kamu boleh menarik kata-katamu tentang kamu takkan menikahi siapa pun selainku. 
Kamu pasti mendapatkan yang lebih baik dariku. Berjuanglah kembali, untuk seseorang diluar sana, yang mungkin adalah takdirmu. Jika saja akulah orangnya, kita pasti bertemu lagi dalam kisah lain.
.
.
📷 https://pin.it/eqhoqweetifhzt

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)