Guru

Saya punya kawan. Sekampus, sejurusan, dan pernah sekelas di beberapa mata kuliah. Dia sangat kritis. Mungkin ini pula penyebabnya ia masuk ke sebuah organisasi yang "melenceng", yang terkenal dengan kekuatan retorika dan argumentasi tak mau terkalahkan. Sayang sekali, perempuan sepertinya yang bersemangat menuntut 'ilmu, terkader di tempat yang salah. Satu hal yang saya kagum padanya, dia selalu punya cita-cita yang tinggi, mengubah lingkungan dan negeri ini. Ia hanya tak bercita-cita kosong, tapi di wujudkan, dikerjakan. Dia berani melangkah, berani untuk memulai meniti mimpi-mimpinya. Dan sekarang, Ia langkahkan kaki ke pelosok negeri yang jauh untuk mendermakan diri demi mencerdaskan anak bangsa. Mengajarkan anak-anak yang terbelakang, anak-anak yang tak kenal listrik dan internet, anak-anak yang tak mengenal hiruk-pikuk dunia luar. Saya teringat dengan novel Laskar Pelangi. Salah satu novel yang paling favorit dijajaran novel-novel yang pernah saya baca. Sungguh banyak sosok Ibu Muslimah-Ibu Muslimah diluar sana. Yang meninggikan mimpi demi mencerdaskan anak-anak bangsa. Saya pernah bermimpi seperti itu. Tapi tak berani memulai. Tak berani mengambil langkah. Hiks.
Menjadi pendidik adalah pekerjaan yang luar biasa. Pendidiklah yang menciptakan segala bentuk profesi yang berkelas. Orang-orang berdasi di kantoran, di gedung parlemen, orang-orang berseragam, di rumah sakit, kantor polisi, bahkan yang ada sekarang di gedung istana, siapa bermula mengajarkan dasar -dasar nilai, norma, dan agama? Guru. Profesi yang dianggap rendah dikalangan masyarakat. Profesi yang membutuhkan kesabaran, ketekunan, pembelajaran tanpa henti, meski tanpa pamrih. Setujukah jika kusebut demikian? Memang berapakah gaji seorang guru?
Di sekolah, Guru digaji tak seberapa rupiah untuk mencerdaskan generasi. dan dirumah, anak-anak dipertontonkan hal yang merusak moral dan agamanya oleh artis yang digaji jutaan, ratusan, rupiah.
Kembali ke kawan saya tadi, semoga dia dikuatkan di pelosok sana selama pengabdiannya untuk negeri ini, Dan harapan terbesar, Semoga Allah memberi hidayah dan Taufik padanya.
***
Mungkin ini tulisan pertama saya yang Keindonesiaan sekali. Hehe. Penghujung tahun ini, saya bombastis blog dengan mempublish beberapa tulisan. Gak terencana sama sekali. Hanya, kemarin, saya kehabisan kuota internet. Lalu, banyak tulisan numpuk di note HP. Jadi, malam ini kayak sinema kejar tayang, saya keburu upload semuanya sebelum basi. Maaf, ya dengan segala keufaedahannya. Kalian gak usah nyari ilmu syar'i disini. Blog ini isinya hanya perjalanan hidup saya. Kalau mau dapat ilmu agama, langsung duduk di majelis para ustadz yg sudah mumpuni ilmunya, guys. Oke.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"