Bumbu Tulisan

Yang namanya penulis, fiksi sekali pun, pasti selalu mengaitkan dirinya ke dalam cerita. Karena, membuat cerita yang real dalam kehidupan, tentu yang pertama kali kita amati adalah cerita sendiri. Misal Ika Natassa dalam antologi Rasa. Keira dalam novel tersebut sama dengan mbak Ika yg bekerja sebagai banker yang hobby fotografi. Atau Tere Liye, dalam novel kerennya Negeri di Ujung Tanduk tentang aksi Thomas sebagai pakar ekonom, tak jauh-jauh dari jurusan perkuliahannya Fakultas Ekonomi UI. Atau Dee Lestari, Yang menuliskan karakter Kugy sebagai seorang penulis. Sama dengan Mbak Dee. Atau Habiburrahman El Shirazy, dimana settingan novel best seller nya seperti ayat-ayat cinta dan ketika cinta bertasbih selalu di Al Azhar Mesir. Tempat yang sama dimana kang Abik menuntut ilmu.
So, kalau kalian dapati tulisan saya (fiksi), yang agak2 mirip dengan kisah pribadi saya, nggak usah heran. Toh, memang inspirasinya dari sana. Hanya saja, namanya fiksi, lebih banyak bumbu-bumbunya ketimbang bahan aslinya. (#generasimicin).
Setelah ini, gak ada lagi yang nanya2, itu kisah kamu? Sepedih itu? Se sweet itu? Haha. Fiks, anda lebay sebagai readers. Dalam segala "aku" disini, tak selamanya "aku". Ada yang kisahnya orang lain, baik berbentuk sajak, narasi, curhatan, cerpen, dll. Saya memang lebih suka bercerita dengan tuturan sudut pandang orang pertama. Itu lebih ngena menurut saya. Kita seakan-akan menjadi orang yang dikisahkan dalam tulisan. Sampai sini paham, ya?! Banyak hal yang terjadi di sekitar saya. Saya sering jadi tong sampah teman-teman. Dan saya suka mengamati kisah kehidupan orang lain, karena bagi saya, itu inspirasi, dan tentunya bisa buat bahan tulisan. *Manfaatkansituasi
 Beberapa waktu lalu, ketika menulis sajak dengan tema ditinggal nikah, readers mengira saya adalah korban. Oh, big no! Sekali pun itu terjadi, saya gak akan segitunya mengutarakan isi hati (masaaa?!) Hahaha. Sepagi ini, eh salah ding, sesiang ini sudah ngisi blog dengan spam. Maaf, ya. Yang belum mandi, sono gih, mandi! Baunya sampe siniiii!
*Dilempargayungsamayangbaca
(Readers : situ kali, yang belum mandi?! Iyuuh)
*gakpengenbalesauthoranakbaik

Pulang, ah. Dicariin orang rumah, lama banget mainnya. *Gaknyambungauthor

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)