Review (Perdana) produk PEMBERANTAS JERAWAT HINGGA KE AKAR-AKARNYA



Wajah mulus, glowing, putih, semua menjadi idaman buat wanita. Siapa, sih yang pengen mukanya berjerawat, kusam, berflek, dsb. Tuan-tuan, Kamu pilih mana, yang cantik wajahnya atau yang cantik hatinya? Hehe.
Nah, sebelum ke produknya, cerita-cerita dulu, ya, seperti biasa. Tahun 2012 kebawah, alias jaman SMP-SMK, jerawat itu benci nangkring di muka saya. Mungkin karena kulit wajah saat itu hitam legam akibat terpapar sinar matahari, jadi jerawatnya kesian sama saya. Masa sudah hitam, jerawatan lagi. Huhu. So, Alhamdulillah selama masa pertumbuhan remaja, jerawat jauh-jauh. Wkwk. Sampai-sampai, teman-teman sekolah kadang nyeletuk "ih, enaknya tidak ada jerawatnya" makanan kali yang enak.
Memasuki bangku perkuliahan, mulailah saat-saat horor buat bercermin. Pengaruh hormon atau produk-produk yang saya pake, kali, ya. Jerawat mulai tumbuh satu persatu. Mati satu tumbuh seribu. Muka sudah seperti langit cerah di malam hari, penuh dengan bintang-gemintang (jadi ingat kata teman satu kos-an, wanita tanpa jerawat bagaikan malam tanpa bintang. Hihi).
Krim wajah yang mulai saya pake sejak SMK diantaranya Garni*r dan Pond*. Nah, karena di semester-semester awal saya jualan produk War*ah, akhirnya pake paket acnenya selama 2 tahun kalau tidak salah. Eh, kayaknya kebalik. Karena, keseringan beli, resellernya nawarin saya jualan produknya. Hehe. Tapi, tidak ada perubahan pada wajahku yang dulunya polos. Hiks.

Tahun 2014, salah seorang akhawat senior jualan krim. Lupa merk-nya. Katanya sih krim dokter. Karena kata-katanya yang manis memikat hati saya (huh, dasar gampangan! Wkwk) akhirnya saya coba pake. Dan hasilnya, Masya Allah. Jerawat hilang, wajah jadi mulus, glowing, berseri-seri. Sampai-sampai setiap ketemu akhwat biasa dibercandain "dek, segera ditutup ya. Wajahmu menyilaukan" jyahaha. *Candadoang. Tapi guys, cantik secara instan itu ternyata berbahaya. Krim yang saya pake karena mencurigakan bagi anak-anak farmasi tukang meneliti di lab-lab (sampai-sampai bakso Mas Roni yang dekat jembatan ikut di uji lab. Haha. Kekepoan yang bermanfaat. Good job anak farmasi 👍) makanya ikut di uji juga. Apakah mengandung bahan berbahaya yaitu merkuri, atau tidak. Ternyata, OMG! Hasilnya positif. Positif bermerkuri. Kapok deh saya.
Nah, setelah pemberhentian krim tersebut, muka saya kembali berjerawat. Makin hari makin parah. Puncaknya setelah pulang dari KKN. Huhu. Menyedihkan. Perih, gatal, kayak ada yang nyut-nyut di wajah. Pokoknya menyakitkan. Belum lagi orang yang lihat. Matanya pasti ikut sakit. Ada yang sudah bosan membacanya? Dari tadi cerita Mulu, mana review produk pemberantas jerawatnyaaaaa? Sabar, guys. Sabar itu dapat pahala tak terhingga.

Dari tahun 2015-2017, segala macam hal sudah saya gunakan untuk menghilangkan jerawat tsb. Tapi hasilnya begitu-begitu saja. Kebanyakan memang produk herbal. Seperti maskeran tomat, maskeran temulawak (kalau gak kuat jangan coba-coba. Temulawak asli itu bikin gatal di muka), maskeran teh, cuci muka pake air hangat, dll.

Bulan Maret 2017 ketika saya mulai bekerja pada sebuah klinik, kebetulan kliniknya tetanggaan sama toko yang jualan produk Miracle Glutaskin. Ini mah, gak usah di sensor. Jadi, glutaskin itu minuman kayak susu (ada 2 varian rasa, strowberry dan cokelat), yang mengandung glutathione yang baik untuk regenerasi kulit. Ini bukan promo, ya. saya gak jualan produk tsb.
Karena racun dari penjualnya, kak Salmah yang cantik dan baik hati 'masya Allah', akhirnya saya beli 2 box pertama kali. Harga per box waktu itu 100K isi 5 sachet/box. Terus, dapat tambahan racun lagi, ditawarkan produk kecantikan Dr. Ummiamizah. Owner-nya sama dengan miracle glutaskin. Dibersihkan dari luar dan dalam. Biar cepat. Katanya begitu. Dan hasilnya, subhanallah. Awal pemakaian krimnya, muka saya memerah tapi gak sampai mengelupas. Lama-lama jerawat makin keluar (katanya ini detox alias pembersihan krim-krim jahat di masa lalu), setelah itu jerawat mulai mengering. Saya habis sekitar 3 atau 4 paket acne. Terus, untuk miracle glutaskinnya 4-5 box. Dan prosesnya lumayan cepat. Sekitar 4 bulanan. Bulan September 2017, saya memutuskan resign dari kerjaan dan balik ke kampung. Dari sana juga saya memberhentikan memakai krim. Alasannya, yang pertama jerawat saya sisa bekasnya saja. Yang kedua, karena sudah jadi pengangguran, tidak ada lagi budget buat beli bedak. Haha. Lumayan boo', 375K siapa yang mau kasih gratis uang segitu. Wkwk.
Di kampung lah saya dapat produk yang bagus banget. Murah meriah. Dan bisa buat sendiri. Ini resep dari ipar saya yang tinggal serumah dengan saya. Dia dapat resep dari neneknya. Resep asli wanita Bugis Tempo Doeloe. Namanya 'bedak lotong'. Kalian bisa searching di google cara buatnya. Atau kalau gak ada, bisa nanya saya lewat email. Hehe. Kalau kalian pengen tahu hasil dari produk ini, wuih, ajaib sekalee, guys. Bekas jerawat saya mulai memudar. Wajah jadi kinclong, bersih beud. Apalagi kalau dipake maskeran. Komedo-komedo ikut terangkat semua. Keren euy. Sayangnya, saya sudah tidak tinggal dengan kakak ipar, jadi gak ada yang buatin lagi. Huhu.

Sekarang tahun 2018, saya sudah trauma yang namanya krim-kriman. Tapi, saya lagi jatuh cinta sama produknya NR Aloe Vera gel. Saya juga pake sekitar 3 bulanan. Serius, ini produk sudah banyak yang review. Dari YouTubers sampau blogger. Semuanya bilang bagus. Karena faktanya memang begitu. Pas di pake nyess banget di wajah. Cool kayak kamu. Iyaaa, kamuuu. Haha. Wajah jadi agak glowing dan terasa lembab. Saya biasa aplikasikan sebelum tidur sebagai masker wajah, dan pagi sebagai foundation sebelum pake bedak. Asli, recomended.
Nulis ini lumayan pegel. Tapi, demi kalian, yang diluar sana, yang mungkin mengalami hal sama sebagaimana saya rasakan dulu, semoga bisa bermanfaat. Karena disakitin jerawat itu gak enak, guys. Haha.
Segitu saja. Semoga kali ini berfaedah.
Daaah.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Nikmat Sehat (Laa ba'sa Thohurun Insya Allah)