Sajak_Gradasi Rasa



Hujan masih tersisa,
Kutadahkan tangan pada butir-butir yang jatuh satu-satu...
Sambil mencari rindu...
 Kenapa justru melompong,
Apa perlu kuuntai lagi kenang-kenang lalu,
Biar kudapati debar rasa itu menekan dadaku?
Kemana detak kencang jantungku,
Atau derasnya aliran darahku?
Semua menjadi biasa, sebagaimana dulu ia bekerja tanpa rasa...
Apakah rasa itu berfluktuasi dan bergradasi?

Karena kudapati ia sekarang banyak berubah...
Sebab "kehilangan"kah, ia jadi ikut pergi?
Padahal, tak ada yang "hilang" secara hakiki,
Karena aku memang tak pernah memiliki dan dimiliki,
Sebagaimana tak ada keberpemilikan yang abadi,
Sebab sejatinya, yang memiliki hanya yang Maha Abadi.

Yang pergi bisa kembali,
Yang tinggal belum tentu selamanya disini...
Ini gradasi Rasa yang terus berfluktuasi.

Makassar, 14 Desember 2018

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"