Konten, Hobi, antara karakter dalam menulis dan di dunia nyata



Terima kasih buat readers yang masih setia membaca setiap tulisan yang ada di blog unfaedah ini. Saya kurang tau, apakah ada readers yang masih sehat matanya setelah membaca tulisan saya? Haha. Jujurlah. Dan apakah kalian setiap membaca tulisan saya, setia sampai akhir kata penutup? Hehe. Bikin puyeng, ya?! Skip deh, kalau gitu. Jikalau pun ada yang tetap membacanya, berarti kalian ada diantara beberapa golongan ini : Kurang kerjaaan (daripada gak ada kerjaan, baca dulu, siapa tau Nemu qoute bagus *hehe), kepencet (baru liat judul, langsung out), fans (halo fans! Tengkyu, tengkyu *sambildadah2), haters (pengen julid ke saya, cari2 kesalahan saya disini, padahal kenal juga enggak *adayangbegitu?). Kalian golongan mana, ders?

Masuk ke konten. Konten di blog ini random. Kadang gaje. Kadang alay. Duuuh, terima kasih sekali yang pernah nge-DM saya terus bilang konten saya baper berfaedah. (*Jadi tersandung)
Kontennya benar-benar acak. Tergantung mood saya kayak gimana. Biasanya yang nyantol di benak, langsung saya tulis di note. Meski baru judul, biar gak lupa. Oh ya, selama hidup saya baru sekali ikut namanya pelatihan jurnalis, waktu itu di Bekasi di isi sama yang sekarang masih tahanan kayaknya. Lupa nama si bapak. Satu tips yang nyangkut diingatan saya sampai sekarang, kalau ingin menulis, tulis saja yang ada dibenak. Gak usah ragu-ragu. Bercerita seperti biasa. Pokoknya apa pun di otak langsung tulis. Makanya, blog ini isinya gaje. Karena menerapkan salah satu tips diatas. Haha. Kalau benakku isinya kamu kamu kamu lagi. Yaaa kontennya tentang rindu rindu rindu lagi. *Gakusahnyanyiiii

Beralih ke hobi. Kenapa harus menulis? Karena saya suka baca (Tips selanjutnya yang pengen nulis, mulailah dari membaca). Wawasan itu penting. Literatur itu penting. Sekarang enak di jaman kita. Sisa nanya ke oom gugel, langsung di jawab. Pake asisten lagi sekarang. Gak punya teman ngobrol pun, asisten Gugel siap menemani harimu. Haha. Gak bisa beli buku cetakan, ada PDF yang bisa di download. Gimana, enak toh di jamanku? Oke. Skip.
Jadi, sejak kecil saya memang suka baca. Karena Ibu saya Rahimahallah, abang-abang saya, semua kutu buku. Makanya saya ikut-ikutan kayak mereka. Ibu saya suka sekali sastra, Abang-abang saya juga suka menulis (ketahuan jaman SD suka intipin Diary mereka yang penuh puisi-puisi cinta *maafabang).
 FYI aja, kalau ada yang mau kirimin saya hadiah, request dari sekarang yaitu buku. *Ditimpukreaders
Berani memulai sesuatu itu penting. Berani melangkah, berani maju (Maria Tega Lewat). Menulis, tidak harus pintar. Kalau kata iklan "mulai aja dulu". Beberapa teman sewaktu kuliah mengutarakan "pengen juga menulis, tapi belum tau mulai darimana", Mulai dari hatimu, dear. Apa saja. Temanya bebas. Kamu mau cerita mantan, patah hati, rumput tetangga yang hijau, kucing yang lewat. Pokoknya apa saja. Buat esai pendek. Lalu, minta seseorang membacanya, kritik dan saran besertanya. Tapi nanti malu-maluin. Yaa udah, simpan saja. Atau tulis di kertas, jadikan perahu, alirkan ke laut, siapa tau sampai ke jodoh kamu. (*Malah kesitu)
Kalau belum berani di publish, simpan. Menulis lagi. Menulis lagi. Dan menulis lagi. (Ini tips berikutnya).

Beralih ke karakter penulis. Saya keliatan kayak gimana, sih, jika dilihat dari tulisan-tulisan di lapak ini? Slenge'an, malu-maluin, ceriwis, alay, lumayan gesrek, apalagi, ya? Silahkan ditambahkan. Padahal aslinya, saya itu kalem, anggun, manis, *candading hehe. Saya aslinya pendiam, jaim, cuek, gak gampang bergaul alias introvert, melankolis, perfectsionist. Saya terkadang cerewet sama orang yang satu frekuensi saja dengan saya. Misal, yang saya bahas di diawal dan pertengahan tulisan ini (Jadi rindu dia. Teman gila-gilaan di wattpad dulu *huhu).

Berhubung ini sudah larut, tangan saya juga mulai sakit. Kita sudahi saja cuap-cuap malam ini.
Selamat beristirahat semua.

Note : lagi produktif ngepost. Karena libur telah tiba.


Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"