Bagian Perjalanan

Setiap membuka folder foto-foto lama, rasanya, setiap moment yang terlewati ada di depan mata. Setiap jatuh bangunnya, kesakitannya, perjuangannya, dan suka citanya. Itulah salah satu alasan kenapa saya tidak menghapus folder tersebut dari netbook. Saat membuka foto-foto wisuda 2 tahun lalu, disana saya berdiri memegang bunga sendiri dengan background peserta wisuda wara-wiri didampingi sanak keluarganya. Beberapa kali jepretan, saya ditemani adik-adik junior saya, teman satu kontrakan, dan akhwat seperjuangan yang di wisuda hari itu. Suatu waktu, saya bercerita akan hal ini pada salah seorang rekan kerja, "tak sedihkah?" Tanyanya pada saya ketika itu. Bohong kalau saya jawab tidak. Tapi, saya tidak mengingat -sama sekali- kalau pada hari di wisuda itu saya merasakan kesedihan yang mendalam. Karena beberapa hari sebelumnya saya sudah menumpahkan air mata di kamar kost di temani salah seorang ukhti (terima kasih ukhti sayang), tersebab penutup wajah saya yang tidak di ridhoi oleh Ayah. Ah, kok saya pengen mewek ya nulis ini. Moment bahagia bagi wisudawan wisudawati hari itu, menjadi moment tak sempurna bagi saya. Tapi, ada Allah yang kuatkan. Ada Allah yang senantiasa memberikan motivasi untuk tak mundur, karena yang saya pilih adalah hal yang saya yakini kebenarannya. Terima kasih yaa Rabb, untuk setiap kekuatan yang Kau berikan pada Hamba yang lemah ini. Bahkan hingga detik saya menginjakkan kaki kembali ke Kota Daeng 6 bulan lalu, tak henti-hentinya Kau limpahkan Nikmat-Mu padaku. Alhamdulillah Alaa kulli haal... Alhamdulillahilladzi bini'matihi thatimmusshalihat...

Jika kalian bertanya, apa yang membuat saya tegar berdiri hingga sekarang,  kalimat yang saya selalu dengung-dengungkan dan dirapalkan dalam hati : "tidak ada yang abadi di dunia ini",

"terus melangkah, jika kau ingin berhenti, katakan pada dirimu, duhai diri... Berlarilah, berjalanlah, merangkak lah, sedikit lagi kita sampai tujuan... Jannah-Nya".

Makassar, 1 Desember 2018

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"