Tak Berjudul

Saya tidak paham yang terjadi antara kita saat ini. Kita tidak pernah bertengkar, tapi sekarang kita diam-diaman. Serius, ini tidak ada enak-enaknya. Ketika dulu, kita terbiasa berbicara banyak, bercerita hal apa saja, sesepeleh apa pun kita curhatkan. Kita tak absen berhaha hihi di segala sosmed. Coba, di akun mana kita tidak pernah saling hujat, saling ngatain, curhat tidak jelas. Di semua akun sosmed yang pernah kita pake di jaman kuliah. Di BBM, line,  path, IG, WA, mesanger, FB, wattpad. Saya ingat dua tahun lalu, saat kita sudah selesai wisuda, dan kembali ke tempat masing-masing. Kita saling telfonan seperti couple-an. Meski jaringan putus-putus saat itu, kita tetap berusaha saling mengabari. Kau meminta solusi atas masalahmu, begitu pun saya. Dan kau jadikan saya orang yang pertama sebagai temanmu yang kamu kabari tentang pernikahanmu.
 Saya pernah punya sahabat di jaman sekolah, tentu pernah bertengkar, tapi baikan lagi. Tapi ini, ya Allah... Mungkin memang sudah tidak ada yang perlu kita bicarakan. Karena perihal "perbedaan", memang tidak ada tawar-menawar. Saya tau, kau tak suka dengan jalan yang kupilih, dan tentu sakit hatiku ketika kau ikut mencaci apa yang kuyakini kebenarannya. Oh my Robb. Ternyata yang namanya mantan teman itu benar-benar ada.
Asal kau tau, mbak... Saya tidak pernah membencimu, sedikit pun. Tak juga ingin jaga jarak, saya hanya tidak suka dengan apa yang kau yakini sekarang ini, yang dulu juga pernah kuyakini. Come on, kita masih seiman. Meski sudah beda jalan. Maaf, jika saya pernah membuatmu terluka dengan segala "arogansi" dan "garangnya" status-status ku di sosial media. Aku tak menuntut kita seperti dulu lagi, sedekat yang pernah terjalin, seakrab melebihi saudara kandung, tidak.  saya cuman kau tidak membenciku, mbak.
***
Dulu kita pernah dekat, lalu kini menjauh...
Dulu, tiada seling waktu tanpa bercerita meski hanya lewat telepon genggam.
lalu kini saling diam, tak ada tegur sapa meski hanya chat singkat menanyakan kabar.
Dulu kita pernah tertawa bersama, berbagi rasa, saling mengejek dan membully,
Lalu kini, diam-diam air mataku tumpah disini melihat satu-satu kenangan yg tercatat di sosial media.

Sebenarnya dulu, kita apa?
Sahabat?
Pernah kudengar tiada yg namanya mantan sahabat. Tapi kita, sahabat yg turun tahta jadi teman biasa? Atau bahkan, tak lagi bisa disebut teman?

Mungkin aku yg membangun tembok tinggi, hingga kau tak dapat kujangkau lagi.
Atau kau yg memasang tameng kebencian tersebab beda kita yg sekarang?!

Kita sama2 pecinta dunia literasi, dan kau tahu, aku hanya mampu ungkapkan ini lewat baris kata yg tersendat-sendat.

Aku hanya mau bilang,
Aku rindu kebersamaan kita yang dulu.
Itu saja.

***
Note : gak ada judul menarik seperti biasa. Bingung mau kasi judul. Dan gak ada picture manis seperti sebelumnya. Alasannya sama. Bingung, gambar seperti apa yang mewakili tulisan diatas.

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"