MUTIARA Di PELOSOK NEGERI


Merembes lagi airmataku. Mungkin hanya sepele bagi orang lain.
 Salah seorang akhawat, teman seperjuangan kami dulu di organisasi dakwah kampus, Lalu akhirnya sama-sama ruju' ke manhaj salaf, Sudah seperti kakak sendiri, beliau tiba-tiba nge-DM karena sebuah instastory yang saya tulis yang berjudul "katamu, lalu kenapa?" Sebuah pesan tersirat yang ingin sampaikan kepada seluruh muslimah bahwa mahkota paling berharga wanita adalah kehormatannya (duuuh, makin meleleh airmata ini mengingat maksiat-maksiat diri, sungguh tulisan itu nasihat untuk diri pribadi juga).
Kembali kepada tokoh utama di tulisan ini. Beliau meminta nasihat, tersebab ketakutannya akan masa depan. Beberapa kalimat basah tertumpah di chat room Instagram saya. Saya sangat memahami apa yang beliau rasa. Karena saya pernah berada di posisi itu. Bersendiri di sebuah pelosok desa, tak ada majelis 'ilmu, tak ada saudari seiman dan semanhaj yang menguatkan pijakan, terlebih lagi dikelilingi maksiat, kesyirikan, kebid'ahan, ditentang oleh keluarga, khususnya orangtua. Jika bukan karena taufik-Nya, maka sudah banyak akhawat yang bunuh diri di kampung halaman masing-masing, karena tak kuat menahan cobaan yang bertubi-tubi. Tapi, saya yakin beliau kuat menjalani semuanya. Tak seperti saya, dengan cepat kalah oleh keadaan, lalu beranjak pergi.
Tak banyak kata yang bisa saya berikan untuknya. Hanya kalimat penguat untuk sabar dan Istiqomah, bertaqwa dimana saja berada, sembari mendo'akannya.

Sungguh, di pelosok-pelosok negeri, ada batu permata yang tersembunyi. Mereka jauh dari jangkauan mata, tak banyak tutur di sosial media, tapi keyakinannya akan kebenaran, kesabarannya dalam ketaatan, keistiqomahannya dalam kesendirian, semoga menjadikannya mulia di sisi Rabb-Nya.
Teruntuk saudaraku 'salafiyyin' yang membaca tulisan ini, ketahuilah, ada mutiara-mutiara berharga di pelosok-pelosok negeri. Tak tergugahkah kalian untuk menjadi penyelamat mereka dari ketakutan akan masa depan?
Mungkin matamu berbinar melihat wajah rupawan wanita-wanita kota, yang pakaian dan kosmetiknya juta-an. Tapi ketahuilah, hatimu akan lebih tentram memiliki mereka yang qona'ah dan sederhana, berbalut taqwa.


Perihal ini bukan tentang penulis. Semoga tak salah paham.
Nas'alullaha wal 'afiyah...

Comments

Popular posts from this blog

(Bukan) Takdirku-Cerpen

ketika hidayah menyapa (cerpen)

Tentang Buku "Berdamai dengan Takdir"